Silahkan teman-teman diringkas kembali seringkas-ringkasnya :
Problem posing learningnya belum :D
1) Pembelajaran sastra berbasis masalah – problem based
learning pada pembelajaran puisi
- Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu model
pembelajaran untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang dimaksud dengan
konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah situasi dunia
nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Konteks memberikan makna pada isi, yang
semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas,
semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi sebagaian besar tugas guru
menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran
akademis mereka dengan konteks ini, semakain banyak makna yang akan mereka
dapatkan dari pelajaran tersebut.(Johnson, 2002). Model pembelajaran ini,
dikenal juga dengan nama lain, seperti project based teaching, experience
based education, dan anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004
dalam Suma, 2004), problem based instruction (Jatmiko, 2004), serta authentic
learning (Nurhadi, 2005: 109). Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa
untuk belajar isi akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan
melibatkan siswa kepada situasi masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan demikian, Problem Based Learning adalah suatu pendekatan
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi
pelajaran.
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk mengajarkan
proses-proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir merupakan seperangkat
operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan prinsip,
pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian.
Proses-proses tersebut pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang
lainnya. Proses-proses pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan pemahaman
merupakan proses-proses pengkonstruksian pengetahuan. Proses-proses pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian merupakan aplikasi konsep,
prinsip, dan pemahaman (Santyasa, 2004). Pendekatan pemecahan masalah merupakan
suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses pemecahan
masalah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah
yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada
setiap tahap
Ada
4 (empat) ciri, Problem Based Learning, yaitu 1) pengajuan pertanyaan
(masalah), dimana masalah berpusat pada pertanyaan yang bermakna untuk siswa;
2) terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, dalam hal ini masalah yang
diselidiki dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang mata pelajaran; 3)
penyelidikan otentik, dimana siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan;
dan 4) menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya (Nurhadi, 2005: 110).
Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan guru secara optimal mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, sehingga Problem Based Learning dapat
berlangsung dengan efektif dan efesien.
Peran
guru dalam Problem Based Learning adalah menyajikan masalah, mengajukan
pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem Based
Learning tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan
kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Perilaku guru
dalam Problem Based Learning terlihat dari sintaks pembelajaran yang
dilaksanakannya.
- Langkah-langkah Pembelajaran
Terdapat
5 (lima) tahapan utama pada Problem Based Learning, yang dimulai dari
guru memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian
dan analisis hasil kerja siswa (Suma, 2004), seperti pada tabel berikut:
TAHAP
|
TINGKAH
LAKU GURU
|
Tahap 1
Orientasi
siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik
asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
|
Tahap 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
|
TAHAP
|
TINGKAH
LAKU GURU
|
Tahap 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
Tahap 5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
|
- 5. Pengkajian Puisi
Puisi
sebagai salah satu karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya.
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu
adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan. (Pradopo, 2005) Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya,
mengingat bahwa ada beragam puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut
kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi
selalu ditulis dan selalu di baca orang.
Meskipun
demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepnuhnya tanpa
mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang
mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu,
sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji
sebagai sebuah struktur yang bemakna dan bernilai estetis.
Dalam
proses pembelajaran berbasis masalah pengkajian puisi pada tulisan ini penulis
mencoba menekankan pada pengkajian puisi pada tataran bahasa figuratif yang
terkandung pada setiap puisi, antara lain; Metafora, Hiperbola, personifikasi,
Eufimisme, klise, Irony, Sarkasme, Satire, Paradok, dan simile.
- 6. Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
Puisi berbasis masalah ini, diterapkan untuk Mahasiswa semester 4 pada Jurusan
Pendidkan Bahasa Inggis. Materi pokok pada mata kuliah Poetry adalah mengkaji
pusi. Dalam tulisan ini secara khusus terfokus pada analisis bahasa figurative
yang ada pada puisi
Perencanaan
Sebelum
pembelajaran puisi berbasis masalah dilaksanakan, maka terlebih dahulu, dibuat
perencanaan, yang langkah-langkahnya, meliputi 1) memilih dan mengkaji materi
pokok atau bahan ajar, pada mata kuliah ini topik yang akan di berikan adalah
“bahasa figurative”, 2) mencari dan memilih masalah yang aktual dan faktual,
serta relevan dengan bahan kajian dari berbagai sumber, seperti surat kabar,
majalah, artikel, atau internet, 3) mempersiapkan satuan acara perkuliahan
(SAP) dan lembar kerja mahasiswa yang berorientasi masalah kontekstual, 3)
mempersiapkan dan mengkaji penerapan evaluasi yang terdiri dari pretest dan tes
akhir pembelajaran, dan 4) mempersiapkan dan memfasilitasi pembentukan kelompok
belajar.
Penyusunan
Instrumen
Instrumen
yang digunakan dalam pembelajaran bahasa figuratif dalam sebuah puisi
berbasis masalah, meliputi tes, artikel yang berkaitan dengan masalah
dikaji, dan lembar kerja siswa berorientasi masalah kontekstual yang aktual dan
relevan. Artikel diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas dalam rangka mengembangkan
kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah. Sedangkan lembar kerja mahasiswa
merupakan homework yang diharapkan dapat dikerjakan secara berkelompok.
Tes yang digunakan berupa pretest untuk menggali pengetahuan awal siswa dan
posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berbentuk
uraian terbuka sehingga dapat menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan
Pembelajaran
Pembelajaran
bahasa figurative puisi berbasis masalah, dilakukan dengan secara
konsisten dan konsekuen menerapkan sintaks pembelajaran berbasis masalah.
Sintaks pembelajaran Puisi berbasis masalah, terdiri dari lima tahap, yaitu 1)
Orientasi siswa pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Berkaitan
dengan topik bahasa figuratif , maka akan dilakukan dengan 2 kali tatap muka.
Uraian kegiatan setiap tatap adalah, sebagai berikut:
Tatap
Muka I (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)
Kegiatan
pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok bahasa figuratif
pada tatap muka I, sebagai berikut:
TAHAP PBL
|
TINGKAH
LAKU GURU/SISWA
|
Tahap 1
Orientasi
siswa pada masalah
(30
menit)
|
– Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan hasil belajar
–
Melaksanakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap bahan
kajian yang akan dibahas
–
Menjelaskan logistic yang dibutuhkan, seperti pembentukan kelompok belajar
dan tugas dari masing-masing kelompok, serta mengarahkan siswa untuk
berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
–
Dosen mendistribusikan puisi berjudul The Road Not Taken
|
Tahap 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
(60
menit)
|
– Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
–
Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kajian teori yang relevan dengan
masalah
–
Siswa diarahkan juga untuk mencari nara sumber lainnya, baik dari siswa atau
guru yang relevan
–
Guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil diskusi dan
menyempurnakannya di rumah dengan kelompoknya masing-masing
|
Kegiatan
pembelajaran Bahasa Figuratif puisi berbasis masalah pada tatap muka I ditutup
dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka II).
Untuk itu, diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih
baik dengan menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.
Puisi
yang di berikan pada mahasiswa adalah pusi yang sekiranya memunculkan banyak
penafsiran dan bisa saja sesuai dengan realita yang ada pada kehidupan kita
sehari-hari, seperti The Road Not Taken karya Robert Frost.
The
Road Not Taken
Two
roads diverged in yellow wood,
And
sorry I could not travel both
and
be one, long I stood
and
look down one as far as I could
to
where it bent in the undergrowth
Then
took the other, as just as fair,
and
having perhaps the better claim,
because
it was grassy and wanted wear.
Though
as forthat passing there
Had
worn them really about the same,
And
both that morning equally lay
In
leaves no step had trodden black,
Oh,
I kept the first for another day!
Yet
knowing how way leads on to way
I
doubted if I should over come back.
I
shall be telling this a sign
Somewhere
ages and ages ence;
Two
roads diverged in a wood, and I-
I
took the one les travelled by,
And
that has made all the difference.
Dengan
mencermati puisi di atas, lakukan hal-hal, sebagai berikut!
1)
Kumpulkanlah informasi, dengan menerapkan table berikut:
Apa yang diketahui
|
Apa yang ingin diketahui
|
Bagaimana cara mengetahui
|
Bentuk-bentuk
bahasa figuratif apa saja yang anda temukan dalam puisi diatas
2)
Menganalisis makna dari puisi tersebut
3)
Temukan suatu masalah yang sekiranya mirip dengan apa yang anda temukan dalam
puisi tersebut di kehidupan nyata!
Tatap
Muka II (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)
Kegiatan
pembelajaran bahasa figurative puisi berbasis masalah pada tatap muka II,
sebagai berikut:
TAHAP PBL
|
TINGKAH
LAKU Dosen/Mahasiswa
|
Tahap 1
Orientasi
mahasiswa pada masalah
(10
menit)
|
– Dosen
menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan komentar terhadap
pembelajaran sebelumnya;
–
Memberikan arahan terhadap strategi pembelajaran sehingga pembelajaran
efektif, efesien, dan bermakna;
–
Dosen memberikan penegasan terhadap analisis puisi The road Not Taken
dengan kehidupan nyata (penegasan masalah).
|
Tahap 2
Mengorganisasi
mahasiswa untuk belajar
(50
menit)
|
– Dosen
mengarahkan mahasiswa untuk berkumpul dalam kelompoknya, kemudian membimbing
mahasiswa melakukan kajian masalah dan diskusi kelompok;
–
Mahasiswa diarahkan untuk disiplin dengan tugasnya masing-masing agar tugas
dapat diselesaiakan efektif dan efesien;
–
Dosen membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam mencari bahasa igurative.
–
Dosen membimbing mahasiswa dalam menemukan fenomena yang mungkin terjadi pada
kehidupan nyata terkait dengan puisi tersebut
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
(30
menit)
|
– Dosen
memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok dalam menganalisis puisi
–
mahasiswa menyusun analisis puisi yang disertai dengan contoh masalah yang
nyata terjadi di kehidupan sehari-hari dalam bentuk laporan dan diarahkan
agar mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka, dan
metode analisis;
–
Dosen memberikan informasi, agar laporan tersebut dapat dituntaskan di rumah
dengan kelompoknya masing-masing. Dan dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya.
|
Kegiatan
pembelajaran Puisi berbasis masalah pada tatap muka II ditutup dengan
menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka III), yang
meliputi presentasi hasil analisis.
Observasi,
Evaluasi, dan Refleksi
Selama
pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran
yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses belajar mengajar yang
berlangsung.
Berdasarkan
observasi dan evaluasi tersebut, maka dilakukan refleksi untuk melihat seberapa
besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan model pembelajaran yang
dirancang.
2) Pembelajaran Problem Solving
Mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok atau utama
yang sekiranya perlu untuk diberikan, baik di tingkat sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan sampai tingkat perguruan
tinggi. Hal tersebut disebabkan karena Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran yang memuat identitas penggunaan kaidah bahasa dan
kata yang baku, baik secara sintaksis maupun semantic, serta identitas ragam
kesusastraan.
Namun
seiring perkembangan zaman dan era globalisasi yang tak terjawantahkan,
menyebabkan minat dan ketertarikan para siswa semakin berkurang, hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kurangnya beragam model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga terkesan
monotonoisme. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru yang
di dalamnya mencakup pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran.
Sejalan
dengan hal tersebut di atas, dalam memberikan mataeri perihal Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia, pendidik hendaknya memilih berbagai variasi pendekatan,
strategi, metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang akan dicapai akan tercapai, kesesuaian yang dimaksud adalah
kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber
belajar yang ada.
B.
Tujuan
Tulisan
ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan para pembaca, khususnya para
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia agar nantinya dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.
Bab
II
Analisis
Model Pembelajaran Problem Solving
- Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving
Problem
Solving Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak
rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah
mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau
algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas,
siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang
disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan
akhirnya menemukan solusi.
- Tujuan model pembelajaran problem solving
adalah
siswa diharapkan mampu berpikir secara kritis, analisis, dan cekatan dalam
menghadapi setiap masalah, hal tersebut sama halnya pemaparan yang termaktub
dalam wacana skripsi yang dianalisis, menurut pemaparan Sudjana model pemecahan
ialah model yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah,
baik individual maupun kelompok. Dalam model ini guru berperan sebagai pemberi
informasi dan anak sebagai apresiator, mampu berpartisipasi mengenai informasi
yang diberikan guru. Model pemecahan masalah digunakan untuk mengerjakan materi
atau bahan pembelajaranyang sifatnya pendekatan terhadap interaksi sosial.model
ini sangat tepat untuk pembelajaran menulis paragraph argumentasi.
C.
Prosedur Menggunakan Model Problem Solving
a.
Kegiatan Prainstruksional
Kegiatan
prainstruksional dimaksudkan untuk mengondisikan kesiapan belajar dan
memotivasi belajar siswa.
b.
Kegiatan Instruksional
Dalam
kegiatan instruksional ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Guru menyiapkan bahan-bahan sebagai sumber bagi siswa dalam mengidentifikasi
masalahnya.
b.
Siswa bergabung dalam satu kelompok, satu kelompok terdiri atas 5-6 orang.
c.
Setiap kelompok kemudian mendiskusikan pemecahan masalah berdasarkan jawaban
yang telah disusun oleh masing-masing siswa.
d.
Setiap kelompok harus menyajikan atau membacakan hasil diskusinya di muka kelas
untuk ditanggapi oleh kelompok atau siswa lainnya.
e.
Setelah semua siswa selesai membacakan atau menyajikan hasil diskusinya, siswa
mengambil kesimpulan tentang jawaban pemecahan masalah.
D.
Evaluasi
Pada
tahap ini diperkirakan cocok untuk diterapkan dengan tujuan untuk lebih
meningkatkan etos dan semangat para siswa dalam proses pembelajaran, yakni
dengan adanya penjelasan dari pendidik perihal kekurangan-kekurangan dalam
proses belajar – mengajar, serta memberikan saran bagaimana memperbaiki atau
menyempurnakan kekurangan-kekurangan. Selanjutnya pendidik memeriksa hasil
pekerjaan siswa dan memberikan penilaian.
E.
Penerapan Model Problem Solving dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi
Dalam
penerapan model problem solving dalam pembelajaran menulis paragraph
argumentasi, penulis lebih menitikberatkan pada model problem solving dengan
harapan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, dengan demikian
prestasi belajar siswa pun akan meningkat.
Namun
hal tersebut sekiranya tidak semudah membalikan telapak tangan, dikarenakan
beberapa faktor, salah satu daiantaranya, faktor prilaku, watak, dan sikap yang
beragam, serta kesenjangan kedudukan pula yang sangat beragam. Menjadikan
sebuah halangan atau adanya jarak pemisah antara siswa selaku individu dengan
siswa individu yang lain.
Seperti
yang telah dipaparkan dalam salah satu materi skripsi yang dianalis, bahwa
pendekatan model ini termasuk ke dalam pendekatan interaksi sosial. Sesuai
dengan namanya, model ini menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa dalam
memecahkan masalah baik individual maupun kelompok. Aktivitas siswa dimulai
dengan mengidentifikasi masalah, mencari alternative masalah, dan menarik
kesimpulan alternative yang paling tepat sebagai jalan jawaban terhadap masalah
tersebut.
Pertama,
mengidentifikasi masalah ialah menentukan persoalan dari konsep-konsep bahan
pengajaran yang disampaikan oleh guru. Kedua, alternative pemecahan masalah ialah
mengkaji pertanyaan dari berbagai sumber, yaitu fakta yang ada, pengalaman dan
sumber lainnya. Ketiga, menarik kesimpulan alternative pemecahan masalah
artinya mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat diantara alternative
yang ada. Dan terakhir menarik kesimpulan artinya merumuskan jawaban masalah
yang telah dipilih berdasarkan penilaian setiap alternative.
Penutup
pada akhir argumentasi biasanya berupa kumpulan atas sesuatau yang telah
diuraikan sebelumya. Sedangkan eksposisi penutup pada akhirnya mengemukakan
lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
Langkah-langkah
menulis Paragraf Argumentasi, menurut kosasih adalh sebagai berikut.
- Menentukan topik
- Merumuskan judul karangan
- Menyusun kerangka karangan
- Mengumpulkan bahan
- Mengembangkan kerangka karangan
- Cara pengakhiran penyimpulan.
- Menyempurnakan karangan
Bab
III
Simpulan
dan Saran
Simpulan
Model
Problem Solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah:
sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa
mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
Model
Problem Solving bertujuan untuk mampu
berpikir secara kritis, analisis, dan cekatan dalam menghadapi setiap masalah.
Saran
1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam model problem solving sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam model problem solving sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2.Agar
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran
model problem solving dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan
mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan
dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang
akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.