Rabu, 20 Mei 2015

Problem Based Learning dan Problem Solving Learning (Tugas Ibu Diena)


Silahkan teman-teman diringkas kembali seringkas-ringkasnya :
Problem posing learningnya belum :D

1) Pembelajaran sastra berbasis masalah – problem based learning pada pembelajaran puisi
  1. Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang dimaksud dengan konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah situasi dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Konteks memberikan makna pada isi, yang semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi sebagaian besar tugas guru menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakain banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut.(Johnson, 2002). Model pembelajaran ini, dikenal juga dengan nama lain, seperti project based teaching, experience based education, dan anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004 dalam Suma, 2004), problem based instruction (Jatmiko, 2004), serta authentic learning (Nurhadi, 2005: 109). Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk belajar isi akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan siswa kepada situasi masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir merupakan seperangkat operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian. Proses-proses tersebut pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Proses-proses pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan pemahaman merupakan proses-proses pengkonstruksian pengetahuan. Proses-proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian merupakan aplikasi konsep, prinsip, dan pemahaman (Santyasa, 2004). Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap
Ada 4 (empat) ciri, Problem Based Learning, yaitu 1) pengajuan pertanyaan (masalah), dimana masalah berpusat pada pertanyaan yang bermakna untuk siswa; 2) terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, dalam hal ini masalah yang diselidiki dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang mata pelajaran; 3) penyelidikan otentik, dimana siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan; dan 4) menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya (Nurhadi, 2005: 110). Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan guru secara optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, sehingga Problem Based Learning dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.
Peran guru dalam Problem Based Learning adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem Based Learning tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Perilaku guru dalam Problem Based Learning terlihat dari sintaks pembelajaran yang dilaksanakannya.
  1. Langkah-langkah Pembelajaran
Terdapat 5 (lima) tahapan utama pada Problem Based Learning, yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa (Suma, 2004), seperti pada tabel berikut:


TAHAP
TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru  menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

TAHAP
TINGKAH LAKU GURU
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
  1. 5. Pengkajian Puisi
Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. (Pradopo, 2005) Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis  dan selalu di baca orang.
Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepnuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bemakna dan bernilai estetis.
Dalam proses pembelajaran berbasis masalah pengkajian puisi pada tulisan ini penulis mencoba menekankan pada pengkajian puisi pada tataran bahasa figuratif yang terkandung pada setiap puisi, antara lain; Metafora, Hiperbola, personifikasi, Eufimisme, klise, Irony, Sarkasme, Satire, Paradok, dan simile.
  1. 6. Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Puisi berbasis masalah ini, diterapkan untuk Mahasiswa semester 4 pada Jurusan Pendidkan Bahasa Inggis. Materi pokok pada mata kuliah Poetry adalah mengkaji pusi. Dalam tulisan ini secara khusus terfokus pada analisis bahasa figurative yang ada pada puisi
Perencanaan
Sebelum pembelajaran puisi berbasis masalah dilaksanakan, maka terlebih dahulu, dibuat perencanaan, yang langkah-langkahnya, meliputi 1) memilih dan mengkaji materi pokok atau bahan ajar, pada mata kuliah ini topik yang akan di berikan adalah “bahasa figurative”, 2) mencari dan memilih masalah yang aktual dan faktual, serta relevan dengan bahan kajian dari berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah, artikel, atau internet, 3) mempersiapkan satuan acara perkuliahan (SAP) dan lembar kerja mahasiswa yang berorientasi masalah kontekstual, 3) mempersiapkan dan mengkaji penerapan evaluasi yang terdiri dari pretest dan tes akhir pembelajaran, dan 4) mempersiapkan dan memfasilitasi pembentukan kelompok belajar.
Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran bahasa figuratif dalam sebuah puisi  berbasis masalah, meliputi tes, artikel yang berkaitan dengan masalah dikaji, dan lembar kerja siswa berorientasi masalah kontekstual yang aktual dan relevan. Artikel diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas dalam rangka mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah. Sedangkan lembar kerja mahasiswa merupakan homework yang diharapkan dapat dikerjakan secara berkelompok. Tes yang digunakan berupa pretest untuk menggali pengetahuan awal siswa dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berbentuk uraian terbuka sehingga dapat menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa figurative puisi  berbasis masalah, dilakukan dengan secara konsisten dan konsekuen menerapkan sintaks pembelajaran berbasis masalah. Sintaks pembelajaran Puisi berbasis masalah, terdiri dari lima tahap, yaitu 1) Orientasi siswa pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berkaitan dengan topik bahasa figuratif , maka akan dilakukan dengan 2 kali tatap muka. Uraian kegiatan setiap tatap adalah, sebagai berikut:
Tatap Muka I (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)
Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok bahasa figuratif  pada tatap muka I, sebagai berikut:
TAHAP PBL
TINGKAH LAKU GURU/SISWA
Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
(30 menit)
–    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan  hasil belajar
–    Melaksanakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap bahan kajian yang akan dibahas
–    Menjelaskan logistic yang dibutuhkan, seperti pembentukan kelompok belajar dan tugas dari masing-masing kelompok, serta mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
–    Dosen mendistribusikan puisi berjudul The Road Not Taken
Tahap 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
(60 menit)
–    Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
–    Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kajian teori yang relevan dengan masalah
–    Siswa diarahkan juga untuk mencari nara sumber lainnya, baik dari siswa atau guru yang relevan
–    Guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil diskusi dan menyempurnakannya di rumah dengan kelompoknya masing-masing
Kegiatan pembelajaran Bahasa Figuratif puisi berbasis masalah pada tatap muka I ditutup dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka II). Untuk itu, diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.
Puisi yang di berikan pada mahasiswa adalah pusi yang sekiranya memunculkan banyak penafsiran dan bisa saja sesuai dengan realita yang ada pada kehidupan kita sehari-hari, seperti The Road Not Taken karya Robert Frost.
The Road Not Taken
Two roads diverged in yellow wood,
And sorry I could not travel both
and be one, long I stood
and look down one as far as I could
to where it bent in the undergrowth
Then took the other, as just as fair,
and having perhaps the better claim,
because it was grassy and wanted wear.
Though as forthat passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black,
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way
I doubted if I should over come back.
I shall be telling this a sign
Somewhere ages and ages ence;
Two roads diverged in a wood, and I-
I took the one les travelled by,
And that has made all the difference.
Dengan mencermati puisi di atas, lakukan hal-hal, sebagai berikut!
1)      Kumpulkanlah informasi, dengan menerapkan table berikut:
Apa yang diketahui
Apa yang ingin diketahui
Bagaimana cara mengetahui



Bentuk-bentuk bahasa figuratif  apa saja yang anda temukan dalam puisi diatas
2)      Menganalisis makna dari puisi tersebut
3)      Temukan suatu masalah yang sekiranya mirip dengan apa yang anda temukan dalam puisi tersebut di kehidupan nyata!
Tatap Muka II (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)
Kegiatan pembelajaran bahasa figurative puisi berbasis masalah pada tatap muka II, sebagai berikut:
TAHAP PBL
TINGKAH LAKU Dosen/Mahasiswa
Tahap 1
Orientasi mahasiswa pada masalah
(10 menit)
–    Dosen  menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan komentar terhadap pembelajaran sebelumnya;
–    Memberikan arahan terhadap strategi pembelajaran sehingga pembelajaran efektif, efesien, dan bermakna;
–    Dosen memberikan penegasan terhadap analisis puisi The road Not Taken dengan kehidupan nyata (penegasan masalah).
Tahap 2
Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar
(50 menit)
–    Dosen mengarahkan mahasiswa untuk berkumpul dalam kelompoknya, kemudian membimbing mahasiswa melakukan kajian masalah dan diskusi kelompok;
–    Mahasiswa diarahkan untuk disiplin dengan tugasnya masing-masing agar tugas dapat diselesaiakan efektif dan efesien;
–    Dosen membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam mencari bahasa igurative.
–    Dosen membimbing mahasiswa dalam menemukan fenomena yang mungkin terjadi pada kehidupan nyata terkait dengan puisi tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
(30 menit)
–    Dosen memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok dalam menganalisis puisi
–    mahasiswa menyusun analisis puisi yang disertai dengan contoh masalah yang nyata terjadi di kehidupan sehari-hari dalam bentuk laporan dan diarahkan agar mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka, dan metode analisis;
–    Dosen memberikan informasi, agar laporan tersebut dapat dituntaskan di rumah dengan kelompoknya masing-masing. Dan dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan pembelajaran Puisi berbasis masalah pada tatap muka II ditutup dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka III), yang meliputi presentasi hasil analisis.
Observasi, Evaluasi, dan Refleksi
Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung.
Berdasarkan observasi dan evaluasi tersebut, maka dilakukan refleksi untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan model pembelajaran yang dirancang.


2) Pembelajaran Problem Solving

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok atau utama yang sekiranya perlu untuk diberikan, baik di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan sampai tingkat perguruan tinggi. Hal tersebut disebabkan karena Mata Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang memuat identitas penggunaan kaidah bahasa dan kata yang baku, baik secara sintaksis maupun semantic, serta identitas ragam kesusastraan.
Namun seiring perkembangan zaman dan era globalisasi yang tak terjawantahkan, menyebabkan minat dan ketertarikan para siswa semakin berkurang, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kurangnya beragam model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga terkesan monotonoisme. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru yang di dalamnya mencakup pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, dalam memberikan mataeri perihal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, pendidik hendaknya memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai akan tercapai, kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.
Bab II
Analisis Model Pembelajaran Problem Solving
  1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving
Problem Solving Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
  1. Tujuan model pembelajaran problem solving
adalah siswa diharapkan mampu berpikir secara kritis, analisis, dan cekatan dalam menghadapi setiap masalah, hal tersebut sama halnya pemaparan yang termaktub dalam wacana skripsi yang dianalisis, menurut pemaparan Sudjana model pemecahan ialah model yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. Dalam model ini guru berperan sebagai pemberi informasi dan anak sebagai apresiator, mampu berpartisipasi mengenai informasi yang diberikan guru. Model pemecahan masalah digunakan untuk mengerjakan materi atau bahan pembelajaranyang sifatnya pendekatan terhadap interaksi sosial.model ini sangat tepat untuk pembelajaran menulis paragraph argumentasi.
C. Prosedur Menggunakan Model Problem Solving
a.       Kegiatan Prainstruksional
Kegiatan prainstruksional dimaksudkan untuk mengondisikan kesiapan belajar dan memotivasi belajar siswa.
b.      Kegiatan Instruksional
Dalam kegiatan instruksional ditempuh langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Guru menyiapkan bahan-bahan sebagai sumber bagi siswa dalam mengidentifikasi masalahnya.
b.      Siswa bergabung dalam satu kelompok, satu kelompok terdiri atas 5-6 orang.
c.       Setiap kelompok kemudian mendiskusikan pemecahan masalah berdasarkan jawaban yang telah disusun oleh masing-masing siswa.
d.      Setiap kelompok harus menyajikan atau membacakan hasil diskusinya di muka kelas untuk ditanggapi oleh kelompok atau siswa lainnya.
e.       Setelah semua siswa selesai membacakan atau menyajikan hasil diskusinya, siswa mengambil kesimpulan tentang jawaban pemecahan masalah.
D.    Evaluasi
Pada tahap ini diperkirakan cocok untuk diterapkan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan etos dan semangat para siswa dalam proses pembelajaran, yakni dengan adanya penjelasan dari pendidik perihal kekurangan-kekurangan dalam proses belajar – mengajar, serta memberikan saran bagaimana memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan-kekurangan. Selanjutnya pendidik memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan penilaian.

E.     Penerapan Model Problem Solving dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi
Dalam penerapan model problem solving dalam pembelajaran menulis paragraph argumentasi, penulis lebih menitikberatkan pada model problem solving dengan harapan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, dengan demikian prestasi belajar siswa pun akan meningkat.
Namun hal tersebut sekiranya tidak semudah membalikan telapak tangan, dikarenakan beberapa faktor, salah satu daiantaranya, faktor prilaku, watak, dan sikap yang beragam, serta kesenjangan kedudukan pula yang sangat beragam. Menjadikan sebuah halangan atau adanya jarak pemisah antara siswa selaku individu dengan siswa individu yang lain.
Seperti yang telah dipaparkan dalam salah satu materi skripsi yang dianalis, bahwa pendekatan model ini termasuk ke dalam pendekatan interaksi sosial. Sesuai dengan namanya, model ini menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah baik individual maupun kelompok. Aktivitas siswa dimulai dengan mengidentifikasi masalah, mencari alternative masalah, dan menarik kesimpulan alternative yang paling tepat sebagai jalan jawaban terhadap masalah tersebut.
Pertama, mengidentifikasi masalah ialah menentukan persoalan dari konsep-konsep bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru. Kedua, alternative pemecahan masalah ialah mengkaji pertanyaan dari berbagai sumber, yaitu fakta yang ada, pengalaman dan sumber lainnya. Ketiga, menarik kesimpulan alternative pemecahan masalah artinya mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat diantara alternative yang ada. Dan terakhir menarik kesimpulan artinya merumuskan jawaban masalah yang telah dipilih berdasarkan penilaian setiap alternative.
Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kumpulan atas sesuatau yang telah diuraikan sebelumya. Sedangkan eksposisi penutup pada akhirnya mengemukakan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
Langkah-langkah menulis Paragraf Argumentasi, menurut kosasih adalh sebagai berikut.
  • Menentukan topik
  • Merumuskan judul karangan
  • Menyusun kerangka karangan
  • Mengumpulkan bahan
  • Mengembangkan kerangka karangan
  • Cara pengakhiran penyimpulan.
  • Menyempurnakan karangan

Bab III
Simpulan dan Saran
Simpulan
Model Problem Solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Model Problem Solving bertujuan untuk mampu berpikir secara kritis, analisis, dan cekatan dalam menghadapi setiap masalah.
Saran
1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam model problem solving sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
2.Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran model problem solving dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang akan dikembangkan.